Rabu, 13 November 2013

Pemanfaatan Mahkota Dewa Sebagai Obat Kencing Manis | Anif Usni

Kencing manis sudah dikenal sejak kurang lebih 2 ribu tahun yang lalu. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin sehingga menyebabkan gangguan menahun terutama pada system metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein tubuh. Hormone insulin sangat diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga sintesis lemak. Jika insulin terlalu sedikit untuk diproduksi hal ini dapat menyebabkan hiperglikemia (meningkatnya kadar gula di dalam darah atau terdapatnya zat gula di dalam air seni).
Orang yang mengalami kencing manis akan merasakan haus yang terus-menerus karena adanya zat-zat keton dan asam keto-asidodis yang berlebihan. Selain akan mengalami rasa haus penderita juga akan mengalami penurunan berat badan meskipun selera makan baik, dan penurunan daya tahan tubuh. Kencing manis merupakan suatu penyakit yang dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu adanya resistensi pengambilan glukosa dengan perantara insulin dan kerusakan pada sel beta pulau Langerhans. Kerusakan sel beta pulau Langerhans merupakan kelainan sekunder yang terjadi setelah perkembangan penyakit dimana sel beta tidak mampu lagi meningkatkan sekresi insulin.
Kadar gula di dalam darah yang meningkat dapat dikurangi dengan penambahan hormone insulin. Pada orang normal hormone ini telah terproduksi dengan sendirinya, namun pada orang yang mengalami diabetes hormone insulin yang diproduksi sangat sedikit sehingga kadar gula di dalam darah tetaplah tinggi. Untuk mengurangi kadar gula tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan penyuntikan hormone insulin dan perangsangan pembentukan hormone insulin.
Penyuntikan hormone insulin diberikan pada penderita diabetes yang parah dan dengan jangka waktu tertentu. Hormon insulin buatan ini ditemukan oleh Dr.Frederick Banting dan Prof.Charles Best. Adapun cara yang kedua adalah dengan perangsangan peningkatan pembentukan insulin. Untuk merangsangsang pembentukan insulin bisa menggunakan obat kimia dan obat tradisional. Salah satu tanaman tradisional yang dapat merangsang pembentukan insulin adalah mahkota dewa.
Mahkota dewa atau Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki berbagai macam manfaat namun juga beracun. Mahkota dewa merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1.200m dpl. Namun ketinggian yang paling optimal adalah 0-1.000m dpl. Tanaman ini tidak memerlukan tanah khusus. Mahkota dewa merupakan salah satu tanaman obat yang dipercaya dapat mengobati diabetes mellitus atau kencing manis. Selain itu, manfaat mahkota dewa adalah untuk anti kanker, antihistamin, memacu kontraksi uterus, peluruh haid, mengobati kista, asam urat tinggi, kolestrol tinggi, dan kencing manis.
Mahkota dewa tidak digunakan dalam keadaan segar karena dapat beracun tanpa pengolahan yang tepat. Namun saat ini mahkota dewa telah mulai dikembangkan seperti dibuat dalam bentuk teh dimana konsumen hanya tinggal menyeduhnya. Bagian yang dapat dimanfaatkan dari mahkota dewa adalah :
a.       Batang : manfaat pada batang belum dilakukan penelitian yang mendalam hanya berdasarkan pengalaman guna, batang tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker tulang.
b.      Buah : buah yang memiliki warna merah marun dan berdiameter sekitar 3-6 cm ini dapat dimanfaatkan setelah tumbuh sekitar 2 bulan. Buah ini terdiri dari 4 bagian yaitu kulit, daging, cangkang, dan biji. Pada buah ini juga terdapat racun buah mahkota dewa. Kita bisa terkena racun ini apabila kita memakan secara langsung dan pengolahannya yang kurang tepat. Jika kita terkena racun mahkota dewa maka gejala yang timbul adalah sebagai berikut mulut bengkak, sariawan, mual, muntah, dan pusing. Sementara pada bagian biji mahkota dewa hanya dimanfaatkan untuk pengobatan luar seperti penyakit kulit karena, jika sampai tergigit lidah bisa terasa kaku dan mati rasa, jika sudah parah bisa meriang.
c.       Daun : daun tumbuhan mahkota dewa sering dimanfaatkan sebagai obat disentri dan alergi.   
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kautsari dan kawan-kawan di dalam jurnal yang berjudul Tinjauan Histologis Pembuluh Darah Tikus Putih Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa, zat yang terkandung di dalam buah mahkota dewa dan dapat mempunyai efek hipoglikemik adalah zat flavonoid. Zat ini bekerja sebagai peningkat pengeluaran insulin yang diproduksi oleh sel beta dengan cara merubah metabolisme ion Kalsium2+ dan meregenerasi pulau Langerhans dan sel beta. Hal ini terjadi bisa di dalam pancreas dan diluar pancreas. Di dalam pancreas bekerja dengan cara meregenerasi sel beta pancreas yang rusak dan melindunginya, selain itu dengan senyawa aktif alkaloid dan flavonoid merangsang pelepasan insulin.
Pemberian rebusan buah mahkota dewa tidak boleh melebihi 170mg/kg karena dapat menyebabkan nekrosis ringan pada tubulus proksimalis meskipun tidak terlalu mengganggu fungsi ginjal.

Daftar Pustaka
1.      Lanywati, Endang. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis
diakses pada tanggal 30 Oktober 2013
2.      Wijaya, Hembing Kusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Pustaka Bunda: Jakarta
diakses pada tanggal 30 Oktober 2013
3.      Kardiman, Agus & Agus Ruhnayat. Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik. Agromedia Pustaka.

diakses pada tanggal 30 Oktober 2013
4.      Mahkota Dewa dan Manfaatnya
diakses pada tanggal 30 Oktober 2013
5.      Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis
diakses pada tanggal 30 Oktober 2013
6.     Ardjadi, Fitrityanto dan Priyosuyatno, Juli-Desember 2010, “Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada      Tikus Putih (Rattus norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Mahkota Dewa (Phaleria macrocarp (scheff.)Boerl.)”. Medical Faculty of  Jendral Soedirman University, Purwokerto. Volume 2, No.2

7.     Soekamto, Arif. Juli 2006, “Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus)”. BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033XVolume 7, Nomor 3 Halaman: 278-281 Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong-Bogor 16911 Diterima: 5 April 2006. Disetujui: 16 Juni 2006.


8.     Septina, Kautsari,Priyo Susatyo,Evy SulistyoningrumMei 2010, “Tinjauan Histologis Pembuluh Darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha (Scheff.) Boerl.)”. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 2.

Pengobatan Diare Dengan Daun Jambu Biji || Syafarina Nur Wahidah

 Diare adalah buang air besar yang sering dalam sehari dengan bentuk feses yang lembek atau cair yang terjadi karena makanan yang telah dicerna oleh lambung melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk di absorbsi, hal ini menyebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam) yang tidak jarang dapat menyebabkan shock dan kematian. Keadaan ini sangatlah berbahaya bagi bayi dan anak-anak karena mereka memiliki cadangan cairan yang lebih sedikit daripada orang dewasa.
Telah diketahui masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki khasiat sebagai antidiare. Jambu biji memiliki varietas diantaranya adalah jambu biji dengan daging buah warna merah dan warna putih. Mengingat bahaya-bahaya yang timbul dikarenakan diare maka banyak dilakukan penelitian untuk mencari ekstrak daun biji yang lebih efektif dalam menangani diare.
Dalam sebuah jurnal yang dikeluarkan oleh Acta Pharmaceutica Indonesia didapatkan hasil bahwa daun jambu biji dengan daging buah berwarna putih memiliki tingkat keefektifan lebih tinggi dari pada daun jambu biji dengan daging berwarna merah. Hal ini dikarenakan dalam daun jambu biji dengan daging berwarna putih memiliki ekstrak etanol yang lebih banyak dari pada daun jambu biji dengan daging jambu berwarna merah. Ekstrak etanol inilah yang akan membunuh bakteri Escherichia coli,  bakteri yang menyebabkan terjadinya diare.
Cara pembuatan obat diare dari daun jambu adalah dengan menyiapakan lima lembar daun jambu biji, 1 potong akar, kulit dan batangnya. Semua bahan itu dicuci sampai bersih kemudian direbus dengan satu setengah liter air sampai mendidih. Air yang telah mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara peminumannya dengan diminum dua kali sehari yaitu pagi dan sore.


Daftar Pustaka
S,Thomas.A.N.1989.Tanaman Obat Tradisional.Kanisius:Jogjakarta

ABOUT US

Kami adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Kami adalah mahasiswi angkatan 2012 kelas A.12.2. Kami merupakan mahasiswi kelompok 3 dalam mata kuliah Teknologi Informasi. Tujuan utama dari pembuatan blog ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teknologi Informasi. Namun, disamping untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi, kami juga ingin membagi pengetahuan mengenai penggunaan tanaman untuk pengobatan penyakit sistem eliminasi.
Berikut ini adalah daftar nama dari kelompok kami ;
1.      Arini Agustina
2.      Anif Usni Faizah
3.      Roikhatul Masithoh
4.      Fatia Kanza
5.      Sara Syntia Indriani
6.      Sulistiyaningsih
7.      Lilis Rezi Retani
8.      Syafarina Nur Wahidah
9.      Fita Ardiani
10.  Milda Reina
Dalam blog ini kita akan membagi pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman-tanaman tertentu dalam mengatasi atau mengobati penyakit sistem eliminasi (sistem pengeluaran zat-zat tidak berguna dari dalam tubuh). Ada beberapa tanaman yang dapat diamanfaatkan untuk mengobati diare, diantaranya adalah kulit buah delima putih, daun sirsak, daun mengkudu, daun kayu manis, dan lainnya. Sedangkan daun asam dapat dimanfaatkan untuk mengobati konstipasi (kesulitan buang air besar). Dan mahkota dewa dapat digunakan untuk mengobati kencing manis atau diabetes mellitus. Serta tanaman yang dapat digunakan sebagai obat diuretik salah satunya adalah seledri yang selama ini hanya kita gunakan sebagai tambahan dalam makanan.
Ternyata tanaman-tanaman yang selama ini kita kenal hanya untuk tambahan makanan dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit sistem eliminasi. Dalam blog ini juga dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan bagian tanaman tersebut sehingga dapat dikonsumsi untuk pengobatan sistem eliminasi.
Tanaman yang biasanya kita manfaatkan bagian-bagian tertentu saja, ternyata mempunyai bagian lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit sistem eliminasi. Contohnya adalah kayu manis. Selama ini kita hanya mengenal pemanfaatan kayu manis untuk bumbu masakan. Tetapi ternyata daun kayu manis dapat digunakan sebagai obat diare.
Oleh karena itu, kami membuat blog ini agar dapat berbagi pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman untuk mengobati sistem eliminasi. Semoga dengan materi yang kita posting, dapat bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih, ^_^

Daun Asam Melawan Konstipasi | Sara Syntia Indriani

Konstipasi atau sembelit merupakan masalah yang sering dijumpai dikalangan lansia. Dimana mereka mengalami kesulitan dalam buang air besar (BAB). Konstipasi sendiri dikarenakan terlalu banyak serat. Sehingga terjadi penumpukan fases/kotoran pada kolon.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah konstipasi. Salah satunya degan menggunakan obat herbal atau obat dari tanaman. Hal ini sejalan dengan penggunaan tanaman sebagai obat yang sudah lama dikenal manusia. Bermula dari informasi turun temurun, kemudian khasiat itu dikonfirmasi melalui hasil penelitian ilmiah. Salah satu tanaman tersebut adalah daun asam yang berasal dari tanaman Tamarindus indica (Familia: Fabaceae).
Beberapa khasiat dari bagian tanaman asam telah dilaporkan. Getah daun digunakan sebagai diuretik. Daun dilaporkan memiliki khasiat kholagogik, laksatif, dan bersama buahnya digunakan untuk kongesti hati, konstipasi dan hemoroid. Ekstrak daun asam jawa memperlihatkan penghambatan α-amilase, sehingga kemungkinan dapat digu- nakan untuk pengobatan diabetes tipe-2.
Ekstrak daun asam jawa diperoleh dalam bentuk ekstrak kental, berwarna coklat-kehitaman, berbau khas, dan rasa asam; kadar senyawa terlarut air antara 58,68-69,55%; dan kadar senyawa terlarut alkohol 51,20-52,92%. Susut pengeringan ekstrak tidak lebih dari 25,80%; kadar air tidak kurang dari 10,15%; sisa pelarut eta- nol tidak kurang dari 0,1%; cemaran logam berat memenuhi persyaratan. Esktrak mengandung flavonoid, tanin, glikosida, dan saponin; kadar fenol total 0,35-8,24%.

Dengan demikian tak perlu khawatir ketika terjadi konstipasi karena khasiat dari daun asam jawa mampu melawannya.

Daftar pustaka
Abdul Mun’im, dkk. KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN ASAM JAWA ( TAMARINDUS INDICA L.). 2009. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 1, 38 - 44 ISSN : 1693-9883















Tempuyung, Solusi Alami Atasi Batu Ginjal I Lilis Rezi Retani






Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia adalah batu ginjal. Penyakit yang disebut juga dengan urolithiasis atau calculus urinaria ini adalah penyakit dimana terdapat endapan yang mengeras di dalam ginjal.
Endapan yang mengeras itu tidak saja terdapat di dalam ginjal, namun bisa juga turun ke saluran di bawahnya seperti ureter atau saluran kencing, kandung kemih dan saluran kencing terluar atau uretra.

Gejala dari penyakit ini antara lain:
·     Nyeri di pinggang atau saluran kencing lainnya
·     Pengeluaran urin yang tidak lancar
·     Pengeluaran urin yang disertai darah

Sebab terjadinya batu ginjal:            
·     Peninggian konsentrasi senyawa  (kalsium, oksalat, dan asam urat) dalam urin
·     Pengaruh pH
·     Zat-zat koloid yang menahan garam pada keadaan lewat jenuh sehingga memperbesar kemungkinan pembentukan batu

Pengobatan yang sering dan paling ampuh dilakukan adalah dengan operasi atau menggunakan peralatan canggih untuk menghancurkan batu ginjal tersebut. Cara ini dinilai beresiko dan memerlukan biaya yang besar.
Akan tetapi, terdapat pula pengobatan alternatif yang dapat digunakan untuk menghancurkan batu ginjal. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat alami antara lain Tempuyung (Sonchus arvensis L) dari familia asteraceae.


Tempuyung (Sonchus arvensis L)


Tempuyung adalah tumbuhan liar yang sering ditemukan di tempat seperti tepi saluran air, pinggir jalan, dan tebing-tebing. Tumbuhan ini memiliki dua jenis yang berukuran kecil dan berukuran besar. Daunnya berbentuk lonjong dengan ujung runcing berwarna hijau muda. Tepi duannya menyirip dan tidak beraturan. Panjangnya sekitar 6-48 cm dan lebarnya 3-12 cm. Bunga tempuyung adalah bunga majemuk dengan warna kuning cerah.

Kandungan dari tumbuhan tersebut meliputi kalium, flavonoid, taraksasterol, inositol, silika, alfa laktucerol, dan beta laktucerol. Zat yang diduga sebagai penghancur batu ginjal (urolitikum) merupakan kalium. Zat kalium mengandung garam kalium yang diketahui berkhasiat sebagai diuretik dari “golongan garam pembentuk asam”.

Penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 1985 membuktikan bahwa tempuyung mempunyai efek menghambat pembentukan batu kandung kemih pada hewan percobaan tikus putih. Hasil yang sama juga ditemukan oleh pakar dari FMIPA-ITB yakni daun tempuyung dapat meningkatkan kelarutan dan menunda pemebentukan kristal asam urat. Penelitian di tahun 1974 juga menemukan bahwa batas toksik dari Tempuyung masih dibawah dari batas toksik yang ditetapkan.

Cara penggunaannya ada dua yaitu:
·        Jika ingin menggunakan daun segar caranya dengan 5 lembar daun tempuyung segar yang telah dicuci hingga bersih, kemudian diasapkan sebentar. Daun tersebut dapat dimakan langsung dengan nasi sebagai lalapan.
·         Jika ingin menggunakan daun yang dikeringkan, caranya dengan menyediakan 500 mg daun tempuyung kering lalu diseduh dengan air panas. Minumlah air seduhan tersebut sebagai obat 3 kali sehari sampai batu ginjal hilang.


Daftar Pustaka
Budiharto, Martuti, Ngatijan, dan Donatus, Imono A. 2001. Tempuyung sebagai Alternatif Penghancur Ginjal. Media Litbang Kesehatan Volume XI Nomor 4.  Dengan URL:
Wakidi. 2003. Prospek Tumbuhan Obat Tradisional untuk Menghancurkan Batu Ginjal (Urolithikum). USU digital library dengan URL:
Soetanto, Hardi dan Kuncoro, Sri. Harcurkan Batu Ginjal dengan Ramuan Herbal.
Sa’adah, Sumiati. Mengenal Tanaman yang Berkhasiat Obat. Azka Press

Selasa, 12 November 2013

Dilema karena Diare? Enggak lagi donk kan ada Delima Putih I Arini Agustina

 

Suku : Punicaceae

Nama :

a.    Sinonim

Malum granatum Rumph.

b.    Nama daerah

Sumatera : glima (Aceh), glimeu mekah (Gayo), dalimo (Batak). Jawa : gangsalan (Jawa), dalima (Sunda), dhalima (Madura). Nusa Tenggara : jeliman (Sasak), talima (Bima), dila dae lok (Roti), lelo kase, ramau (Timor). Maluku : dilimene (Kaisar).

c.      Nama asing

Shi liu (C), granaatapple (B), grenadier (P), granatbaum (J), luru (V), thap thim (T), granada (Tag.), pomegranate (I)

d.    Nama simplisial

Granati Cortex (kulit kayu delima), Granati Pericarpium (kulit buah delima).

           

            Semua bagian dari tanaman delima putih ini memiliki khasiat tertentu, misalnya bunganya, buahnya, kulit akar, dan kulit buahnya. Dalam kesempatan ini kita akan membahas tentang khasiat dari kulit buah delima.

A.   Sifat dan khasiat

Kulit buah rasanya asam, pahit, sifatnya hangat astringen, beracun (toksik). Berkasiat menghentikan keputihan, pendarahan (hemostatis), peluruh cacing usus (vermifuga), antidiare, dan antivirus.

B.    Kandungan kimia

Kulit buah (shi liu pi) mengandung alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati.

Dalam literratur penelitian yang dilakukan oleh Dian Sundari dkk diketahui bahwa pada buah dan kulit buah delima terkandung senyawa-senyawa tanin (pirogalotanin), alkaloiod, polifenol, saponin, terpenoid, triterpenoid, dan glikosida. Kemungkinan senyawa-senyawa seperti Alkaloid dan polifenol yang berperan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare, tetapi mekanisme kerja sebagai antibakteri belum diketahui(1).

C.    Indikasi Pemakaian

Kulit buah (shi liu pi) digunakan untuk :

-          Sakit perut karena cacing,

-          Buang air besar mengandung darah dan lendir (disentri amuba),

-          Diare kronis

-          Perdarahan seperti wasir berdarah, muntah darah, batuk darah, perdarahan rahim, perdarahan rektum (anus),

-          Prolaps rektum,

-          Radang tenggorokan,

-          Radang telinga,

-          Keputihan (leukorea), dan

-          Nyeri lambung

 

D.   Cara pemakaian :

Kulit buah delima putih dapat dikonsumsi dengan cara :

Potong tipis-tipis kulit buah delima (15 g) dan buah pala (Myristica fragrans) (10 g), lalu rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas.


E.     Efek samping

Alkaloid yang terkandung dalam kulit buah delima, dalam bentuk tannate dalam dosis pengobatan sering menimbulkan tanda-tanda keracunan, seperti pusing (vertigo), pengelihatan kabur, rasa lemas keram pada kaki, kesemutan, dan kejang getar.

 

Referensi :Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Sundari,Dian, dkk.Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Bakteri Penyebab Diare secara In Vitro dan Uji Toksisitas Akut.Media Litbangkes Edisi Khusus “Obat Asli Indonesia”. Volume VIII.1998/1999.