Mendengar
nama ‘seledri’ pasti sudah tidak terasa asing ditelinga kita. Tanaman yang
bernama latin Apium gravoleas ini berasal dari eropa dan sebagian daerah
Asia (K. V. Peter, 2006). Masyarakkat Indonesia biasa menggunakan seledri
sebagai penyedap rasa atau rempah rempah untuk makanan (H. Lina Susilawati
dkk., 2003).
Seledri
mempunyai banyak macam khasiat, salah satunya diuretik (H. Lina Susilawati
dkk., 2003). “Pengertian diuretik adalah suatu zat yang dapat mempercepat
pengeluaran urin, yang pada perinsipnya adalah pengurangan jumlah total cairan
dan zat-zat terlarut dalam tubuh” (H. Lina Susilawati dkk., 2003). Wujud dari efek
deuretik seledri pada urin menurut H. Lina Susilawati dkk. (2003) adalah
sebagai berikut :
a. volume
urin
“Peningkatan volume urin mencapai maksimum
membutuhkan satu atau dua jam. Dalam jam –jam berikutnya akan terjadi penurunan
volume urin.”
b. warna
“Semakin besar faktor dieresis maka semakin
muda pula tingkat warna yang akan ditunjukkan”
c. kejernihan
“Pada orang yang telah mengkonsumsi seledri
ini, mampu menimbulkan kekeruhan pada urinnya kkakrena sedimen organic ataupun
anorganik yang terbentuk dalam tubuh.”
d. berat
jenis
“Makin besar dosis diuresis yang diberikan
maka makin besar berat jenis dan
seballiknya, makin kecil kadar dieresis makin rendah ukuran berat jenisnya”
e. derajat
Keasaman (PH)
“PH urin mengalami peningkatan namun masih
dalam kadar yang normal. Peristiwa ini mampu terjadi karena perubahan
konsentrasi CO 2, dan kadar K+. Sehingga menimbulkan naiknya kadar PH namun masih
berada dalam kadar yang normal.”
Efek
yang ditimbulkan oleh seledri tidak akan muncul bila zat-zat yang terkandung didalam
seledri tidak ada. Kandungan seledri adalah mineral, sodium, furocomarins
seperti psoralen dan bergapten, kandungan utamanya dari minyak biji selada
adalah pinene dan D-limonene, flavonoid, apigenin,
luteolin, isoquercitrin, phenolic acids
dan alkaloids (Lesley Braun dan Marc Cohen, 2007).
Cara pengkonsumsian seledri sebagai obat, melalui pengkombinasian
dengan herbal lain yang berguna dalam mengatasi
masalah infeksi jalur urin dengan menggunakan efek diuretiknya (Lesley
Braun dan Marc Cohen, 2007). “Dosis yang bisa
dikonsumsi dari seledri menurut Lesley
Braun dan Marc Cohen ( 2007) adalah untuk cairan
ekstrak berbanding 1:2 dengan penggunaan 4,5-8,5 ml perhari dengan memisahkan
dosisnya. Untuk jamujamuan yang kerig sebesar 0,5- 2 gram tiga kali sehari.”
Selain
sebagai obat, Seledri mampu bersifat toksik juga. “Seledri dapat mengakibatkan alergi dengan reaktivitas
silang pada makanan lain” (Lesley Braun dan Marc Cohen,
2007). “Pencahayaan pada seledri dengan produk obat
topical mampu mengakibatkan dermatitis angioedema dan urticaria” (Lesley
Braun dan Marc Cohen, 2007). “Selain itu ada
sugesti bahwa seledri mampu mengakibatkan ocular phototoxicity” (Lesley
Braun dan Marc Cohen, 2007).
Interaksi
yang signifikan antara bahan yang terkandung dalam seledri dengan mekanisme
tubuh kita menurut Lesley Braun dan Marc Cohen (2007) adalah ,
a. “ekstrak biji seledri
mampu mereduksi gejala gastrointestinal jika digunakan bersama NSAIDs”
b. “jus seledri mampu memperpanjang aksi pentobarbital dalam tikus”
c. “mampu mengurangi efek obat”
d. “walaupun mengandung psoralens ekstrak dari seledri tidak di
photosensitizing bahkan setelah makan dalam jumlah yang besar.
Walaubagaimanapun ini mampu meningkatkan resiko phototoxicity berbarengan
dengan PUVA terapi.”
Langkah
yang dapat kita lakukan untuk mencegah kerugian dari seledri menurut Lesley Braun dan Marc Cohen (2007)adalah,
1. Gunakan
dosis yang benar pada pengkonsumsiannya
2. Ibu
hamil tidak diperkenankan untuk mengkonsumsi dengan dosis yang berlebihan.
3. Pengkonsumsian
seledri akan lebih aman jika dimasak dengan makanan dengan jumlah yang sesuai
dalam memasak biasanya.
4.
Selalu ada resiko alergi, dermatitis
angioedema, urticaria, ocular phototoxicity.
5. Ketika
menggunakan minyak esensial bibit seledri gunkanlah dosis yang secukupnya
janagn berlebihan.
Daftar pustaka
Susilawati, H. Lina , Shanti
Listyawati, dan Sutarno. 2003. Analisis Kimia – Fisik Urin Tikus Putih (Rattus
Norwegicus) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Seledri (Apium Gravolens). Biosmart 5 (1): 43-46.
Braun, Lesley, dan Marc Cohen. 2007. Herbs and Natural
supplements : an evidence based guide second edition. Marrickville : Elsevier.
( gambar seledri diambil dari http://www.google.com/imgres?newwindow=1&sa=X&tbm=isch&tbnid=fNuG8fg9y7bIoM:&imgrefurl=http://www.solopos.com/2012/06/07/obat-herbal-seledri-turunkan-darah-tinggi-191811&docid=YWGKzsTqehdUUM&imgurl=http://images.solopos.com/2012/06/seledri-blogs.unpad_.ac_.id_.jpg&w=600&h=453&ei=H9OCUobdGofn4gSIh4HABw&zoom=1&ved=1t:3588,r:6,s:0,i:103&iact=rc&page=1&tbnh=178&tbnw=235&start=0&ndsp=19&tx=67&ty=91&biw=1366&bih=675
diambil pada 13 november 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar