Selasa, 12 November 2013

Seledri, Si Pelambat Urin By: Milda Reina Hebrilia

Mendengar nama ‘seledri’ pasti sudah tidak terasa asing ditelinga kita. Tanaman yang bernama latin Apium gravoleas ini berasal dari eropa dan sebagian daerah Asia (K. V. Peter, 2006). Masyarakkat Indonesia biasa menggunakan seledri sebagai penyedap rasa atau rempah rempah untuk makanan (H. Lina Susilawati dkk., 2003).
Seledri mempunyai banyak macam khasiat, salah satunya diuretik (H. Lina Susilawati dkk., 2003). “Pengertian diuretik adalah suatu zat yang dapat mempercepat pengeluaran urin, yang pada perinsipnya adalah pengurangan jumlah total cairan dan zat-zat terlarut dalam tubuh” (H. Lina Susilawati dkk., 2003). Wujud dari efek deuretik seledri pada urin menurut H. Lina Susilawati dkk. (2003) adalah sebagai berikut :
a.       volume urin
“Peningkatan volume urin mencapai maksimum membutuhkan satu atau dua jam. Dalam jam –jam berikutnya akan terjadi penurunan volume urin.”
b.       warna
“Semakin besar faktor dieresis maka semakin muda pula tingkat warna yang akan ditunjukkan”
c.       kejernihan
“Pada orang yang telah mengkonsumsi seledri ini, mampu menimbulkan kekeruhan pada urinnya kkakrena sedimen organic ataupun anorganik yang terbentuk dalam tubuh.”
d.       berat jenis
“Makin besar dosis diuresis yang diberikan maka makin besar  berat jenis dan seballiknya, makin kecil kadar dieresis makin rendah ukuran berat jenisnya”

e.       derajat Keasaman (PH)
“PH urin mengalami peningkatan namun masih dalam kadar yang normal. Peristiwa ini mampu terjadi karena perubahan konsentrasi CO 2, dan kadar K+. Sehingga  menimbulkan naiknya kadar PH namun masih berada dalam kadar yang normal.”
      Efek yang ditimbulkan oleh seledri tidak akan muncul bila zat-zat yang terkandung didalam seledri tidak ada. Kandungan seledri adalah mineral, sodium, furocomarins seperti psoralen dan bergapten, kandungan utamanya dari minyak biji selada adalah pinene dan D-limonene, flavonoid, apigenin, luteolin,  isoquercitrin, phenolic acids dan alkaloids (Lesley Braun dan Marc Cohen, 2007).
      Cara pengkonsumsian seledri sebagai obat, melalui pengkombinasian dengan herbal lain yang berguna  dalam mengatasi masalah infeksi jalur urin dengan menggunakan  efek diuretiknya (Lesley Braun dan Marc Cohen, 2007). “Dosis yang bisa dikonsumsi  dari seledri menurut Lesley Braun dan Marc Cohen ( 2007) adalah untuk cairan ekstrak berbanding 1:2 dengan penggunaan 4,5-8,5 ml perhari dengan memisahkan dosisnya. Untuk jamujamuan yang kerig sebesar 0,5- 2 gram tiga kali sehari.”
Selain sebagai obat, Seledri mampu bersifat toksik juga.  “Seledri dapat mengakibatkan alergi dengan reaktivitas silang pada makanan lain” (Lesley Braun dan Marc Cohen, 2007). “Pencahayaan pada seledri dengan produk obat topical mampu mengakibatkan dermatitis angioedema dan urticaria” (Lesley Braun dan Marc Cohen, 2007). “Selain itu ada sugesti bahwa seledri mampu mengakibatkan ocular phototoxicity” (Lesley Braun dan Marc Cohen, 2007).
Interaksi yang signifikan antara bahan yang terkandung dalam seledri dengan mekanisme tubuh kita menurut Lesley Braun dan Marc Cohen (2007) adalah ,
a.       “ekstrak biji seledri  mampu mereduksi gejala gastrointestinal jika digunakan bersama NSAIDs”
b.       “jus seledri mampu memperpanjang aksi pentobarbital dalam tikus”
c.       “mampu mengurangi efek obat”
d.       “walaupun mengandung psoralens ekstrak dari seledri tidak di photosensitizing bahkan setelah makan dalam jumlah yang besar. Walaubagaimanapun ini mampu meningkatkan resiko phototoxicity berbarengan dengan PUVA terapi.”
Langkah yang dapat kita lakukan untuk mencegah kerugian dari seledri menurut  Lesley Braun dan Marc Cohen (2007)adalah,
1.      Gunakan dosis yang benar pada pengkonsumsiannya
2.      Ibu hamil tidak diperkenankan untuk mengkonsumsi dengan dosis yang berlebihan.
3.      Pengkonsumsian seledri akan lebih aman jika dimasak dengan makanan dengan jumlah yang sesuai dalam memasak biasanya.
4.       Selalu ada resiko alergi,  dermatitis angioedema, urticaria, ocular phototoxicity.
5.      Ketika menggunakan minyak esensial bibit seledri gunkanlah dosis yang secukupnya janagn berlebihan.


Daftar pustaka
Susilawati, H. Lina , Shanti Listyawati, dan Sutarno. 2003. Analisis Kimia – Fisik Urin Tikus Putih (Rattus Norwegicus) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Seledri (Apium Gravolens). Biosmart 5 (1): 43-46.
Braun, Lesley, dan Marc Cohen. 2007. Herbs and Natural supplements : an evidence based guide second edition. Marrickville : Elsevier.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar