Kayu manis atau tanaman yang mempunyai nama latin Cinnamomum sp.
merupakan tanaman rempah dari famili Lauraceae yang terdiri dari beberapa spesies
(Rismunandar dan Paimin 2001). “Di pasaran kayu manis dikenal dengan sebutan
casiavera atau cinnamon” (Nazaruddin 1993). “Sedangkan dibeberapa daerah
dikenal dengan nama huru mentek, ki amis (Sunda), manis jangan (Jawa),
kenyengar (Madura), madang siak-siak (Toba), kulik manih (Minangkabau), onte
(sasak), kuninggu (Sumba), puundinga (Flores), cingar (Bali), kacingar, dan
kasingar (Nusa Tenggara)” (Syukur dan Hernani 2002; Sutarto dan Atmowidjojo
2001).
Kayu manis ternyata menyimpan khasiat
yang luar biasa. Hasil utama dari tanaman ini adalah kulit yang digunakan
sebagai rempah. Selama ini kayu manis hanya dimanfaatkan ibu rumah tangga
sebagai bumbu dapur dan bahan pembuatan jamu karena aromanya yang harum dan
menyengat serta rasanya yang manis sehingga sering digunakan sebagai campuran
kue dan cake (Sutamo dan Atmowidjojo, 2001).
Menurut penjelasan dari pakar
obat-obatan herbal, Prof. Hembing Wijayakusuma, kayu manis berkhasiat untuk
mengobati asam urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu makan, sakit
kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, hernia,
susah buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, dan lain-lain. Selain
mempunyai khasiat untuk pengobatan, kayu manis juga ternyata mempunyai efek
farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya
dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretic), peluruh kentut (carminative), meningkatkan nafsu makan (istomachica), dan menghilangkan sakit
(Rismunandar dan Paimin, 2001).
Kandungan kimia dari kayu manis antara
lain minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar,
kalsium oksanat, dan zat penyamak. Sinamaldehida merupakan turunan
dari senyawa fenol. Menurut Moestafa (1988) dan Chairul (1994) minyak atsiri
dari C. burmanni memiliki komponen utama sinamaldehida dan dehidrokarveol
asetat sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani (2004) minyak atsiri C.
burmanni atau kayu manis mengandung
sinamil aldehida, eugenol, linalool, kariofilena, dan asam sinamat. Senyawa
lain yang ditemukan adalah flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin. Berdasarkan
penelitian Moestafa (1988) komponen utama minyak atsiri daun C. burmanni atau yang kita kenal dengan kayu manis adalah
linalool 24,33 %, sinamilasetat 10,75 %, kariofilena 9,08 %, dan trans-sinamaldehid
7,29 %. Minyak atsiri berkhasiat sebagai senyawa antimikroba (Sukandar et al.
1999) yang dieksrak dengan penyulingan (destilasi uap) (Harris 1994).
Antimikroba adalah zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan bakteri. Berdasarkan aktivitasnya
antibakteri dibedakan dalam dua bagian, yaitu aktivitas bakteriostatik dan
aktivitas bakteriosida. Aktivitas bakterio static bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan yang beraktivitas bakteriosida bersifat membunuh
bakteri.
Minyak atsiri mengandung senyawa yang
berfungsi sebagai antimikroba. Berdasarkan penelitian Damayanti (2004) minyak
atsiri rempah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus,
Escherichia coli, dan Samonella typhimurium. Menurut Sukandar et
al. (1999), minyak atsiri dalam daun kayu manis sebagai antimikroba paling kuat
untuk jenis Samonella typhimurium dan Candida albicans sedangkan
minyak atsiri dalam kulit kayu manis sebagai antimikroba untuk Bacillus
substilis dan Candida albicans.
Diare merupakan penyakit yang disebabkan
karena bakteri dalam tubuh terutama dalam sistem pencernaan. Dengan pengobatan
menggunakan kayu manis yang mempunyai manfaat sebagai antimikroba, maka
pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Dengan mengkonsumsi kayu manis yang
mempunyai manfaat sebagai antimikroba dapat meningkatkan konsistensi feses,
menurunkan frekuensi buang air besar dan membunuh bakteri.
Pemanfaatan kayu manis untuk pengobatan
diare cukup mudah untuk diterapkan. Bahan yang digunakan adalah kayu manis 5
gram dan daun jambu biji 5 lembar. Cara pemakaiannya dalah dengan merebus kayu
manis dan daun jambu biji dengan 600 cc air dan biarkan mendidih sampai air
tersisa sekitar 300 cc. kemudian air rebusan kayu manis dan daun jambu biji
disaring. Setelah itu, tambahkan gula secukupnya, kemudian diminum dua kali
sehari sebanyak 150 cc untuk sekali minum.
Daftar
pustaka :
Sufriadi,
Anton. 2006. Manfaat daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) terhadap khasiat
Antioksidasi Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) selama
penyimpanan. Hal.1-33.
neng itu yang penelitian damayanti 2004 dapusnya gak ada po ?
BalasHapus