Selasa, 12 November 2013

Kayu manis sebagai antimikroba (Manfaat antimikroba dari ‘Si Manis’) | fita ardiani

Kayu manis atau tanaman yang mempunyai nama latin Cinnamomum sp. merupakan tanaman rempah dari famili Lauraceae yang terdiri dari beberapa spesies (Rismunandar dan Paimin 2001). “Di pasaran kayu manis dikenal dengan sebutan casiavera atau cinnamon” (Nazaruddin 1993). “Sedangkan dibeberapa daerah dikenal dengan nama huru mentek, ki amis (Sunda), manis jangan (Jawa), kenyengar (Madura), madang siak-siak (Toba), kulik manih (Minangkabau), onte (sasak), kuninggu (Sumba), puundinga (Flores), cingar (Bali), kacingar, dan kasingar (Nusa Tenggara)” (Syukur dan Hernani 2002; Sutarto dan Atmowidjojo 2001).
Pohon kayu manis dapat tumbuh hingga 15 meter dengan pohon yang tegak. Batangnya berkayu, bercabang, dan berwarna hijau kecoklatan. Buahnya berwarna hijau saat masih muda dan berubah menjadi hitam setelah tua. Kulit batang mengandung damar, lender, dan terutama minyak atsiri yang mudah larut dalam air (Syukur dan Hemani, 2002).
Kayu manis ternyata menyimpan khasiat yang luar biasa. Hasil utama dari tanaman ini adalah kulit yang digunakan sebagai rempah. Selama ini kayu manis hanya dimanfaatkan ibu rumah tangga sebagai bumbu dapur dan bahan pembuatan jamu karena aromanya yang harum dan menyengat serta rasanya yang manis sehingga sering digunakan sebagai campuran kue dan cake (Sutamo dan Atmowidjojo, 2001).
Menurut penjelasan dari pakar obat-obatan herbal, Prof. Hembing Wijayakusuma, kayu manis berkhasiat untuk mengobati asam urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu makan, sakit kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, hernia, susah buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, dan lain-lain. Selain mempunyai khasiat untuk pengobatan, kayu manis juga ternyata mempunyai efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretic), peluruh kentut (carminative), meningkatkan nafsu makan (istomachica), dan menghilangkan sakit (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Kandungan kimia dari kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole, sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium oksanat, dan zat penyamak. Sinamaldehida merupakan turunan dari senyawa fenol. Menurut Moestafa (1988) dan Chairul (1994) minyak atsiri dari C. burmanni memiliki komponen utama sinamaldehida dan dehidrokarveol asetat sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani (2004) minyak atsiri C. burmanni atau kayu manis mengandung sinamil aldehida, eugenol, linalool, kariofilena, dan asam sinamat. Senyawa lain yang ditemukan adalah flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin. Berdasarkan penelitian Moestafa (1988) komponen utama minyak atsiri daun C. burmanni atau yang kita kenal dengan kayu manis adalah linalool 24,33 %, sinamilasetat 10,75 %, kariofilena 9,08 %, dan trans-sinamaldehid 7,29 %. Minyak atsiri berkhasiat sebagai senyawa antimikroba (Sukandar et al. 1999) yang dieksrak dengan penyulingan (destilasi uap) (Harris 1994).
Antimikroba adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan bakteri. Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dibedakan dalam dua bagian, yaitu aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakteriosida. Aktivitas bakterio static bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan yang beraktivitas bakteriosida bersifat membunuh bakteri.
Minyak atsiri mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antimikroba. Berdasarkan penelitian Damayanti (2004) minyak atsiri rempah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus, Escherichia coli, dan Samonella typhimurium. Menurut Sukandar et al. (1999), minyak atsiri dalam daun kayu manis sebagai antimikroba paling kuat untuk jenis Samonella typhimurium dan Candida albicans sedangkan minyak atsiri dalam kulit kayu manis sebagai antimikroba untuk Bacillus substilis dan Candida albicans.
Diare merupakan penyakit yang disebabkan karena bakteri dalam tubuh terutama dalam sistem pencernaan. Dengan pengobatan menggunakan kayu manis yang mempunyai manfaat sebagai antimikroba, maka pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Dengan mengkonsumsi kayu manis yang mempunyai manfaat sebagai antimikroba dapat meningkatkan konsistensi feses, menurunkan frekuensi buang air besar dan membunuh bakteri.
Pemanfaatan kayu manis untuk pengobatan diare cukup mudah untuk diterapkan. Bahan yang digunakan adalah kayu manis 5 gram dan daun jambu biji 5 lembar. Cara pemakaiannya dalah dengan merebus kayu manis dan daun jambu biji dengan 600 cc air dan biarkan mendidih sampai air tersisa sekitar 300 cc. kemudian air rebusan kayu manis dan daun jambu biji disaring. Setelah itu, tambahkan gula secukupnya, kemudian diminum dua kali sehari sebanyak 150 cc untuk sekali minum.

Daftar pustaka :
Sufriadi, Anton. 2006. Manfaat daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) terhadap khasiat Antioksidasi Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) selama penyimpanan. Hal.1-33.


1 komentar: